POIN NU Porong, Karakter pemimpin ideal. Menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi merupakan sebuah tanggung jawab besar. Didalamnya harus dimiliki karakter pemimpin ideal sesuai dengan teladan baginda nabi Muhammad SAW. Allah SWT memiliki sifat Ar-rahman dan Ar-rahim. Kedua sifat ini sama-sama memiliki arti Maha Welas Asih. Akan tetapi secara lebih spesifik dapat diartikan bahwa sifat Ar-rahman berarti Maha Pengasih tanpa pilih kasih kepada semua makhluk ciptaannya, sedangkan Ar-rahim bermakna Maha Pengasih bagi orang-orang beriman dan bertakwa kepada-Nya. Didalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 159 Allah SWT telah berfirman :
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Artinya : “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal”.
Menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi khususnya Nahdlatul Ulama baik ditingkat ranting maupun Majelis Wakil Cabang, harus memiliki sifat welas asih seperti yang dicontohkan oleh baginda nabi Muhammad SAW didalam berdakwah. Sang manusia agung tersebut mampu menyerap pancaran nur serta sifat Ar-rahman dan Ar-rahim dari Allah SWT. Akibatnya setiap orang yang memandang beliau akan memiliki rasa mahabbah serta rela masuk agama islam tanpa paksaan sedikitpun. Kita sebagai umatnya tentu menjadi wajib hukumnya meniru keteladanan beliau didalam berdakwah. Mengedepankan sifat welas asih tanpa pilih kasih, maka kita akan mampu menghadapi semua orang dari bermacam-macam golongan dengan wajah sumringah.
Ada beberapa sikap yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam menjalankan roda organisasi khusus Nahdlatul Ulama yaitu :
1. Memiliki sifat welas asih tanpa pilih kasih kepada siapapun
Hal ini berarti kita harus mencontoh baginda nabi didalam berdakwah. Tidak keras hati serta lemah lembut didalam berucap. Melakukan pendekatan dari hati ke hati. Dalam hal ini kita harus mendekati sang pemilik dan sang maha pembolak-balik hati manusia. Sebelum memberikan sebuah instruksi ada baiknya seorang pemimpin mengetuk pintu langit terlebih dahulu dengan tawassul menggunakan bacaan ayat suci Al Qur’an. Langkah ini berguna untuk menyerap nur dari sifat Allah Ar-rahman dan Ar-rahim sehingga orang yang berada dibawah kepemimpinan kita akan manut, sukarela serta ikhlas menjalankan perintah yang kita berikan.
2.Seorang pemimpin harus siap dikecewakan
Terkadang sebaik apapun program yang sudah kita rencanakan, saat digulirkan kepada segenap pengurus seringkali tidak sesuai harapan kita. Oleh karena itu menjadi pemimpin harus siap dikecewakan saat kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Hal yang terkadang terlihat menyakitkan terkadang seringkali kita tidak dianggap saat berada disebuah lokasi acara. Tetapi hal ini tidak boleh menyebabkan timbulnya rasa dongkol atau mangkel dalam hati kita. Jika kita sudah berhasil melatih hati untuk mencegah timbulnya rasa dongkol ini, maka terwujudnya rasa ikhlas didalam perjuangan.
Kemudian, dalam Islam seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki sekurang-kurangnya 4 (empat) sifat dalam menjalankan kepemimpinannya, yakni : Siddiq, Tabligh, Amanah dan Fathanah.
- Siddiq (jujur) sehingga ia dapat dipercaya;
- Tabligh (penyampai) atau kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi;
- Amanah (bertanggung jawab) dalam menjalankan tugasnya;
- Fathanah (cerdas) dalam membuat perencanaan, visi, misi, strategi dan mengimplementasikannya.
Selain itu, juga dikenal ciri pemimpin Islam dimana Nabi Saw pernah bersabda: “Pemimpin suatu kelompok adalah pelayan kelompok tersebut.” Oleh sebab itu, pemimpin hendaklah ia melayani dan bukan dilayani, serta menolong orang lain untuk maju.
Ditulis berdasarkan materi ceramah oleh KH Sholeh Qosim,M.Si pada acara lailatul ijtima LDNU MWC Porong pada tanggal 14 Oktober 2022 di masjid Al Mubarokah Kebakalan Porong.
Penulis : Miftachul Arif