Poin NU Porong. Opini – Ulama menurut bahasa adalah kata sifat yang berasal dari kata alim, artinya orang yang mengetahui atau ahli dalam bidang ilmu. Kemudian dari kata sifat dipakai menjadi istilah dan kata nama golongan umat yang mengetahui ilmu-ilmu agama islam, yang dinamakan ulama. Pemakaian istilah itu dipertegas oleh sebuah hadits, “Sesungguhnya ulama adalah ahli waris para Nabi “ (HR. Abu Daud dan Turmudzi).
Ulama termasuk kategori pemimpin yang di golongkan sebagai pemimpin nonformal. Ulama mengakar di masyarakat dan menjadi panutan karena keluasan ilmu, kepribadian serta keikhlasannya. Sebaliknya pemimpin formal adalah para pejabat dan penguasa yang memiliki legalitas kekuasaan dan diberi amanah untuk mengatur dan memimpin masyarakat yang dalam istilah agama disebut umara.
Ulama dan umara mempunyai tugas dan tanggung jawab di hadapan Allah SWT, karena ilmu dan kekuasaan merupakan amanah Allah. Ilmu harus di gunakan dengan ikhlas dan jujur, kekuasaan harus dijalankan dengan benar dan adil.
Apabila Ulama, dan Umara, bisa bersinergi dan saling menghormati dalam harmoni kebersamaan membangun peradaban dan tatanan ummat,maka rahmat allah akan terus turun di tengah-tengah masyarakat itu.
Pemandangan ini yang terlihat dalam acara Kubro Pimpinan Anak Cabang (PAC) Muslimat NU Porong Selasa 27/09/22 yang bertempat di ranting Kedung Bulus.
Nampak terlihat HM.Thoyib Wakil Rois Syuriyah Pengurus Ranting NU kedung Bulus,Drs.H.M.Sugiono Ketua Tanfidziyah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama, Porong(Ulama,) bersama Bapak Pranoto Kepala desa pesawahan dan H.Wahyudin Zuhri Anggota DPRD Kabupaten Sidoarjo (Umara,) duduk berdampingan dengan harmonis berdiskusi dengan hangat untuk kemaslahatan Ummat.
“Ada dua golongan di antara umat manusia yang apabila keduanya baik maka akan baiklah seluruh manusia, dan apabila kedua golongan itu rusak maka rusaklah seluruh manusia, yaitu ulama dan umara” (HR. Abu Nu’aim ).
Semoga para pemimpin di negeri ini selalu bersinergi dengan harmonis ,sehingga negeri Indonesia menjadi ” BALDATUN TOYYIBATUN WARABBUN GHOFUUR”.
Ditulis oleh Rosidi Ahmad