POIN NU Porong. Lailatul Ijtima’ Pimpinan Cabang Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Sidoarjo digelar pada Rabu malam (28/12) bertempat di masjid Al Hikmah Desa Tebel Gedangan . Acara yang sekaligus memperingati haul sosok guru bangsa KH Abdurrahman Wachid (Gus Dur) ini di ikuti oleh ratusan peserta dari perwakilan seluruh MWCNU, Lembaga dan Banom se-kabupaten Sidoarjo.
Diawali dengan sholat-sholat sunnah yang dipimpin oleh Kyai Moch. Hasyim Fachrurrozy dan dilanjutkan dengan pembacaan istighosah oleh KH. Syafi’Misbah. Jamaah nampak khusyuk mengikuti rangkaian mujahadah ini, lantas acara dilanjutkan dengan lantunan sholawat oleh Ikatan Seni Hadrah Indonesia Nahdlatul Ulama (ISHARINU) Sidoarjo.
“Semoga Allah SWT senantiasa masih berkenan memandang orang-orang yang suka sholat taubat, sholat tasbih dan istighosah seperti pada malam hari ini” tutur rois syuriyah PCNU Sidoarjo KHR. Abdul Salam Mujib dalam awal sambutannya.
Menurut beliau, Allah SWT tidak memerlukan waktu lama untuk memporak porandakan kehidupan orang-orang yang ahli maksiat kepada-Nya. Oleh karena itu dalam suatu wilayah misalnya Sidoarjo ini sangat penting dan harus ada sekelompok orang-orang yang membaca istighfar dan taubat kepada Allah SWT.”
“Insya allah kalau didaerah kita ini terutama Sidoarjo masih ada orang yang mengucapkan asma Allah, kiamat akan ditunda oleh Allah dan kita semua akan dijauhkan dari adzab-Nya” lanjut beliau.
Malam hari ini juga diperingati haul KH. Abdurrahman Wachid yang biasa dikenal dengan nama Gus Dur. Salah seorang ulama NU yang diakui karomah dan kewaliannya oleh seluruh ulama-ulama nahdliyin. “Saya akan sedikit bercerita tentang Gus Dur sesuai dengan yang saya ketahui sendiri” tutur Kyai Salam.
Salah satu karomah Gus Dur yang disaksikan langsung oleh beliau yakni sekitar tahun 1998 diadakan Musyawarah Nasional (Munas) alim ulama yang kebetulan saat itu beliau juga mengikuti bersama-sama dengan rois dan ulama-ulama dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Presiden Indonesia kala itu pak Habibie, munas diadakan dihotel Akasia Jakarta.
“Pada kesempatan itu waktunya Gus Dur menyampaikan pemaparan beliau tidak bisa hadir dan baru hadir keesokan harinya. Disaat itu Gus Dur menyampaikan suatu hal yang mengejutkan seluruh alim ulama yang hadir yakni besok pada saat pemilihan presiden maka yang akan menjadi presiden itu saya (Gus Dur)” kenang Kyai Salam.
Padahal saat itu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) masih belum disahkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan masih berupa wacana untuk mengikuti kontestasi pemilu.
Setahun setelah berdirinya PKB dipusat, maka dibentuklah Pimpinan Cabang di Sidoarjo. Lantas setahun kemudian diadakan pemebentukan dan proses pemilihan dewan syuro PKB Sidoarjo, KHR Salam juga ikut berkontestasi dan yang terpilih saat itu KH. Badrussoleh sebagai ketua dewan syuro PKB.
“Para pendukung saya saat proses pemilihan ketua memprotes padahal saat itu KH. Badrussoleh menunjuk saya sebagai wakil ketua dewan syuro” ucapnya.
Akhirnya keadaan tidak semakin membaik tetapi malah semakin memanas. Akhirnya Kyai Salam memutuskan sowan kepada KH. Sholeh Qosim untuk dimintai pendapat. Dan akhirnya beliau memutuskan berangkat ke PBNU sowan langsung kepada Gus Dur sebagai ketua umum PKB untuk mengundurkan diri.
“Saya sudah menyerahkan berkas dalam map pengunduran diri dan diterima langsung oleh Gus Dur. Sambil beliau dawuh begini, Mboten usah ngeten yai mboten sae dados pengurus kok mengundurkan diri. Sing dados ketua dewan syuro niki panjenengan ( tidak usah begini Kyai, tidak bagus sudah jadi pengusur kok mengundurkan diri. Yang jadi ketua dewan syuro ini anda )” terang Kyai Salam sambil terharu.
Meskipun dalam hati beliau bertanya-tanya apa maksud Gus Dur ini karena bertentangan dengan AD/ART. Sepulang dari kantor PBNU ternyata Kyai Salam menerima kabar bahwasanya KH. Badrussoleh dilarikan kerumah sakit dan seminggu kemudian beliau wafat.
Dengan wafatnya ketua dewan syuro terpilih yang belum disahkan dengan Surat Keputusan (SK) dan tidak memungkinkan diadakannya pemilihan ulang, maka secara otomatis beliau (KHR. Abd. Salam) naik posisi menggantikan KH. Badrussoleh sebagai ketua dewan syuro PKB Sidoarjo. Terkuak sudah misteri dhawuh yang disampaikan Gus Dur diatas. Wallahualam
Foto oleh ketua PAC JRA Porong H. Sutaman Aji
Editor : Miftachul Arif