OPINI – Ada jargon atau pendapat bahwa membaca adalah jendela dunia, jika ingin mengerahui dunia maka membacalah. Jargon ini seakan sejalan dengan pesan suci Al Qur’an
أقرأ بسم ربك الذي خلق
Bacalah dengan (menyebut)nama Tuhanmu Yang menciptakan!
Pesan ini menjadi titik balik revolusi peradaban dunia. Ayat dalam surat Al Alaq:1 menuturkan bahwa kunci mutiara-mutiara ilmu dan pengetahuan dunia adalah membaca.
Dari sini mukjizat Al Qur’an semakin tersingkap. Kitab suci ini merupakan muljizat yang kekal di permukaan bumi dan menyingkap ilmu pengetahuan tanpa batas.
Menurut Frank Smith membaca bukanlah semata-mata sebagai proses visual. Membaca melibatkan dua pesan. Pertama yang berada di depan mata, apa yang tampak dan konkret serta tertuang di dalam teks sehingga terkesan lebih mudah untuk mencerna. Kedua, datangnya dari apa yang berada di belakang mata. Apa yang tidak tampak atau abstrak. Maka untuk memahaminya diperlukan kecerdasan berupa kecerdasan spiritual dan keluasan pengalaman (field experience)
Kegiatan membaca merupakan aktivitas mental untuk memperoleh apa yang disampaikan oleh sumber informasi melalui paparan teks. Paparan ini bukan hanya berupa selembar naskah yang konkret bisa dilihat dan dipegang. Akan tetapi bisa berupa sesuatu abstrak tidak bisa dilihat apalagi dipegang.
Sesuatu hal yang abstrak ini hanya bisa dipahami dengan kecerdasan spritual serta keluasan pengalaman. Jadi apabila kita sebagai pembaca masih belum bisa menangkap apa maksud dari sebuah naskah maka jawabnya adalah karena kemampuan spiritualnya belum mampu memahami atau menangkap pesan yang disampaikan sumber berita.
Ditulis oleh Sutaman Aji Ketua PAC JRA Porong