Mengenal Bahlil Lahadalia dan Raja Jawa

Bahlil Lahadalia, S.E., M.Si. Pria kelahiran Maluku utara, 7 Agustus 1976. Ia adalah seorang pengusaha Indonesia dan sempat menjadi Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI) periode 2015–2019. Ia juga memiliki 10 perusahaan di berbagai bidang di bawah bendera PT Rifa Capital sebagai holding company. Di bidang politik, ia pernah menjadi anggota dari Partai Golongan Karya, tetapi telah berhenti pada tahun 2009. Dan, pada 28 April 2021 ia memiliki kesempatan dilantik menjadi Menteri Investasi Indonesia. Informasi terakhir 19 Agustus 2024 ia menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dan sejak 21 Agustus 2024 ia menjadi Ketua umum partai golongan karya. Namun dibalik peran dan kesibukannya ini, Bahlil terkesan lucu bahkan lebih lucu dari pada pelawak karena senang melontarkan candaan, berkelakar, berhumor cerdas yang bisa menghibur teman sejawatnya terutama.

Tepatnya di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Rabu, 21 Agustus 2024 pada waktu Musyawarah Nasional XI Partai Golkar, Bahlil berkelakar “Kita harus lebih paten lagi. Soalnya, Raja Jawa ini kalau kita main-main, celaka kita,……………….”

Kelakarnya Bahlil ini menimbulkan banyak respon dari berbagai pihak diantaranya,

Hasan Nasbi

Selaku Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan/Presidential Communication Office (PCO), ia mengatakan Istana tidak mau membuat spekulasi lebih lanjut mengenai sosok “Raja Jawa” sebagaimana yang disebutkan Bahlil.

 

Idrus Marham

Selaku Politisi senior Partai Golkar, ia mengatakan bahwa ungkapan Bahlil itu hanya merupakan candaan politik belaka, sebab tema pidato yang dibawahkan Bahlil juga banyak menyinggung persoalan atau isu-isu yang berkembang di masyarakat saat ini. Namun, yang menjadi catatan kita Bersama menurut Idrus, ungkapan Bahlil soal “Raja Jawa” itu bukan merupakan sikap politik dari partainya.

Baca juga  Puasa dan peremajaan sel-sel keimanan (bagian pertama)

Airlangga Hartarto

Selaku Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, ia mengatakan, sosok “Raja Jawa” atas pernyataan Bahlil saat Munas Partai Golkar hanyalah ada di zaman kerajaan dahulu, kalau saat ini sudah tidak ada yang namanya “Raja Jawa.”

 

Megawati Soekarnoputri

Selaku Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, ia merespon candaan Bahlil tersebut dengan kesediaannya mengenalkan dirinya kepada “Raja Jawa.” Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Megawati setelah pembacaan nama-nama bakal calon kepala daerah yang diusung PDI Perjuangan gelombang kedua di Kantor DPP PDI Perjuangan, di Jakarta.

Sri Sultan Hamengku Buwono X

Selaku Raja Keraton Yogyakarta, ia mengatakan di sela-sela Rapat Koordinasi Kesiapan Penyelenggaraan Pilkada 2024 Wilayah Jawa di Yogyakarta bahwa pihaknya tidak mengetahui tentang apa yang dimaksud “Raja Jawa” dalam pidatonya Bahlil di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan tersebut.

 

Lalu bagaimana sikap kita sebagai rakyat biasa? tidak perlu bingung apalagi melontarkan atau menulis dibaranda sosmed dengan kata-kata yang tidak sopan, terkait dengan humor Bahlil itu. Sebab politikus sejatinya juga perlu hiburan untuk melepas lelah sejenak sebagaimana rakyat biasa seperti kita ini. Dan, itu tidak ada yang salah, sah-sah saja namanya juga manusia hidup bermasyarakat. Untuk membangun relasi dan nilai kebersamaan di tengah Masyarakat sekali waktu dibutuhkan humor atau candaan biar tidak terkesan tegang terus-menerus malah tidak asyik.

Kata mereka dalam ranah teorinya?

  1. Kutipan dari Butler dalam The Trouble with Jokes (2023), lontaran humor dari para politikus sudah menjadi hal biasa diikuti oleh masyarakat karena biasanya dianggap sedikit banyak menguak suatu kebenaran. Sedikit banyak juga dari lontaran humor tersebut kita bisa menilai cerminan kepribadian politikus tersebut secara seksama. Misalnya, sebagai orang yang punya jujur, terbuka, rasa percaya diri, toleransi yang tinggi dan sebagainya.
  2. Mark Twain, pernah mengatakan “Humor adalah berkah terbesar bagi umat manusia.” Maka, dengan kondisi bangsa seperti sekarang ini, sebetulnya kita seharusnya berterima kasih kepada politikus berselera humor tinggi seperti Bahlil meskipun membuat sedikit gaduh bagi mereka yang belum mengenal lebih dekat.
  3. George Bernard Shaw, penulis dan pemenang Nobel, pernah mengatakan “kebenaran adalah lelucon terlucu di dunia.” Akan tetapi, perlu diingat, “kebenaran” dalam humor berbeda dengan kebenaran dalam sumpah maupun kebenaran ilmiah yang telah diuji dan layak untuk direproduksi.
  4. Steven Gimbel, profesor filsafat dari Gettysburg College (2024), pernah mengatakan “kebenaran” dalam humor berbentuk sangat halus. Tujuannya dibuat seperti ini agar tidak bisa dicerna secara mentah-mentah di ruang publik. Persoalnya kalau “kebenaran” dalam humor diungkapkan secara gamblang dan jelas, yang muncul kemudian justru adalah gejolak dan pertentangan serta berakhir dengan perpecahan.
Baca juga  Terbentuknya, Tradisi dan Nilai Muslim Nusantara

Simpulnya dari tulisan ini, kita khusnudzon saja dan tak lupa banyak berterima kasih kepada politikus yang memiliki selera humor tinggi seperti Bahlil selama ini. Nilai dasar dan plusnya yang bisa kita ambil bersama adalah dengan jejaring elite yang dimiliki Bahlil, pastinya ia punya info-info A1 yang tidak bisa publik dapatkan dengan mudahnya. Kita harus tenang mencerna humornya sembari menikmati pahitnya kopi. Sebab hasrat dalam dirinya Bahlil yang suka berbagi tawa pada teman sejawatnya terutama bakal menguntungkan rakyat pada akhirnya.

 

Oleh Dr. Heru Siswanto, M.Pd.I

Dosen PAI-BSI (Pendidikan Agama Islam-Berbasis Studi Interdisipliner) Pascasarjana IAI Al-Khoziny Buduran Sidoarjo

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *