Hiruk Pikuk Gumebyarnya perhelatan resepsi puncak 1 abad Nahdatul Ulama di Sidoarjo Jawa Timur dalam hitungan jari barusan rampung. Tapi semangat dari kaum Nahdliyiin maupun Nahdliyat dalam merespon orasi Ketua PBNU – KH. Dr. Yahya Cholil Staquf – begitu menancap dalam relung hati mereka bak tombak panah dari pembunuh Sayyidina Ali Karromallohu wajha yang sampai detik ini menjadi bekas luka yang tak pernah kering oleh obat apapun. Deburan Ombak semangat itu begitu menggelora dalam hati mayoritas warga nahdliyyiin nahdliyyaat, baik di kalangan awam maupun jajaran pengurus juga pimpinan organisasi dari tingkatan pusat maupun akar rumput, tak terkecuali komunitas Nahdliyyiin Nahdliyaat dilingkungan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama’ (MWC NU) Porong. Hal tersebut bisa kita buktikan salah satunya dengan hirroh atau semangat kaum Nahdliyyin Nahdliyyat dalam berorganisasi pasca resepsi puncak satu abad Nahdlatul Ulama’.
Sebut Saja salah satu contoh antusiasnya Nahdliyyin Nahdliyat dalam berorganisasi berupa membludaknya pengunjung ketika Pondok Pesantren Nurul Huda Kedungboto Porong Sidoarjo menghelat haul akbar Romo KH. Syamsul Huda, LC dengan mengundang Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur – KH. DR. Marzuki Mustamar – Senin, 19 Pebruari 2023 Kemarin. Begitu hidmat dan antusianya warga Nahdliyyin dalam mengarungi hamparan tausiyah yang digelar ketua Umum PWNU Jawa Timur tersebut sehingga tak terasa muatan muatan materi yang begitu menggelorakan semangat dalam berorganisasi semakin besar dan tinggi.
Namun jika kita pahami betul isi tausiyah beliau, ada satu hal yang sangat harus kita perhatikan – yaitu kaffah dan yaqin dalam itba’ kepada para kyai -. ini menandakan bahwa, ketua wilayah kita berusaha untuk memberi pondasi awal di momentum permulaan abad kedua Nahdlatul ulama’ ini kepada anggotanya hingga ke akar rumput terbawah. Jangan sampai gelora semangat dalam berorganisasi kebablasan hingga sikap dan tingkah laku santri menjadi tergerus tanpa adanya kesadaran akan hal itu. Kyai Marzuki mengatakan “ Yaqinlah jika sampean semua berorganisasi di Nahdlatul Ulama’! karena organisasi ini bersanad jelas hingga Rosululloh Muhammad SAW”. disamping itu, beliau juga mengatakan bahwa, “Kreat atau kelola organisasi ini lebih maju, tapi jangan sampai meninggalkan Prilaku serta melupakan jasa ulama terdahulu, karena organisasi ini ada dan besar berkat jasa jasa beliau dalam usaha bersanad menuju sumber aslinya melalui tangan dingin karomah para kekasih Alloh”.
Berpijak dari Tausiyah ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur Tersebut, kangUdin selaku MWC NU – LAKPESDAM Porong mencoba mencuatkan abrivasi – NDEREK KYAI –. Akronim ini mungkin bisa dijadikan salah satu cara alternatif dalam berorganisasi di era abad kedua Nahdlatul Ulama’ yang kita cintai ini. “NDERes Etika Keorganisasian melalui Kinerja nYata Aktivitas yang Istiqomah”.
NDERes, merupakan kata Jawa yang mengandung arti mengajak kita untuk selalu berbenah, selalu berproses menuju kearah yang lebih baik, selalu belajar hingga hayat sudah sampai di titik tepi kehidupan. NDERes bisa juga ditafsirkan dengan salah satu maqolah yang selalu menjadi prinsip Nahdlatul Ulama dalam berorganisasi yaitu Melestarikan tradisi lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik. hal ini sangat sesuai dengan slogan yang diusung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada perhelatan resepsi satu abad kemarin – Merawat Jagat membangun peradapan -;
Etika, Kata ini bisa mempunyai banyak makna. Banyak alhi mengatakan bahwa etika merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang prilaku manusia yang menjadi kebiasaan. ada juga yang mengatakan bahwa etika merupakan tingkah laku yang mencerminkan harga diri seseorang. tapi yang patut kita perhatikan dalam hal etika di abrivasi – NDEREK KYAI – ini tidak muluk muluk, hanya memberi gambaran secara umum dalam berorganisasi untuk selalu berusaha melaksanakan Firman Alloh dalam Q.S Al Mujadalah : 11 yang menerangkan bahwa derajat seseorang diangkat berdasarkan keimanan dan ilmu seseorang. tapi di kalimat sebelumnya ada penegasan bahwa sebelum ke hal yang menyebabkan derajat seseorang diangkat harus belajar untuk ber – etika dulu;
Keorganisasian, mengandung arti yang bersifat organisasi, perkumpulan, perhimpunan. baik organisasi yang sifatnya skala kecil, menengah, maupun yang besar tak terkecuali Nahdlatul Ulama’;
Kinerja, dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) dikatakan bahwa kata kinerja mengandung arti sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja. dalam berorganisasi daya dan upaya seorang kader harus diejawantahkan untuk suatu hal yang ingin dicapai. hal ini semata mata bukan untuk kepentingan pribadi tapi lebih dari itu berusaha agar diri ini lebih bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain. disamping itu, mewujudkan tujuan organisasi juga harus dengan cara dan metode yang sesuai dengan AD/ART organisasi;
nYata, merupakan penguat dari kata kinerja yang berorientasi sebagai bukti kerja nyata bukan retorika belaka. seseorang dalam berorganisasi jika orientasi kinerjanya sesuai dengan kenyataan bukan hanya omong doank maka ketercapaian program dan prestasi tentunya akan semakin nyata dan mudah untuk diraih;
Aktivitas yang Istiqomah, aktifitas dalam ruang lingkup ini mengandung arti kegiatan. sedangkan istiqomah merupakan sikap ajeq, utun, terus menerus dalam menggapai sebuah tujuan. jika kedua kata tersebut dihubungkan maka akan tercipta sinergi pelaksanaan kegiatan yang sifatnya terus menerus atau kontinyu dalam mencapai sebuah tujuan;
Jadi, Abrivasi atau akronim – NDEREK KYAI – (NDERes Etika Keorganisasian melalui Kinerja nYata Aktivitas yang Istiqomah) jika disimpulkan merupakan salah satu cara untuk membangun sikap berorganisasi melalui kegiatan pembelajaran dan pengamalan yang berorientasi pada kinerja nyata yang dilakukan secara terus menerus untuk mencapai tujuan yang dicita citakan berlandaskan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga organisasi.
Semoga bermanfaat! tetap semangat untuk merawat jagat, membangun peradapan.
KangUdin, MWC NU – LAKPESDAM Porong