Puasa dan peremajaan sel-sel keimanan (bagian pertama)

POIN NU PORONG – Syekh Nawawi Banten dalam karyanya Kaasyifat Al Saja membuat klasemen ibadah yang menarik untuk dikaji. Beliau membagi ibadah dalam Islam secara umum menjadi dua bagian : ibadah jasmani (bersifat fisik) dan ibadah Ruhani ( bersifat psikologis).

Ibadah jasmani yang menempati klasemen tertinggi – menurut beliau – adalah shalat kemudian disusul puasa, sedangkan zakat dan haji menempati urutan ketiga dan keempat.

Sedangkan dalam ibadah Ruhani, iman menempati urutan teratas menyusul dibawahnya tawakal, mahabbah, ma’rifat, Ridha, Tafakur dan lain sebagainya.

Yang paling menarik adalah jika harus dibandingkan antara ibadah jasmani dan rohani, manakah yang lebih utama diantara keduanya?

Jawaban syekh Nawawi bagi saya cukup mengejutkan dan diluar dugaan : Iman adalah ibadah yang paling utama bahkan melebihi shalat.

Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa iman seperti baju, ia bisa lungset, lecek dan memudar warnanya jika tidak dirawat atau diperbaharui.

إِنّ اْلإِيْمَانَ لَيَخْلُقُ كَمَا يَخْلُقُ ثَوْبُ أَحَدِكُمْ فَاسْأَلُوْا اللهَ أَنْ يُجَدّدَ اْلإِيْمَانَ فِي قُلُوْبِكُمْ .

“Sesungguhnya keimanan itu bisa lekang (memudar) bagaikan baju yang berubah usang. Karena itu mintalah kepada Allah agar Dia memperbaharui iman dalam hati kalian.” (HR.Imam Al hakim ).

Bayangkan jika anda hanya memiliki satu baju dan telah setahun anda gunakan tanpa pernah anda cuci !

Sebaliknya, alangkah senangnya hati di saat kita pertama kali menggunakan baju baru yang motif dan ukurannya sesuai selera kita!

Rasa senang itulah – minimal – yang akan kita raih disaat grafik iman kita meningkat dan hal itu bisa diukur secara ilmiah melalui detak jantung dan keluar masuknya nafas. Artinya, energi Keimanan berpengaruh secara fisik dan bisa diamati secara langsung.

Baca juga  Nahdlatul Ulama, mengedepankan nasihat dalam pergerakannya

Peningkatan dan penurunan iman erat kaitannya dengan pembaharuan ( tajdid, sebagaimana dalam teks hadits ) dan pelapukan, penguatan dan pelemahan, kelapangan dan kesempitan.

Kondisi – kondisi kejiwaan tersebut tentunya membutuhkan pengelolaan dan perawatan bukan sekedar pengamatan dan keluh kesah.

Oleh : Muhammad Sholah Ulayya ( ASWAJA NU Center Porong)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *