KEBAKALAN – POIN NU PORONG, Kegiatan rutin diba’ kubro Pimpinan Anak Cabang Fatayat Nahdlatul Ulama digelar pada Minggu (29/01) bertempat dimasjid Al Mubarokah Kebakalan Porong. Agenda ini merupakan rutinan yang digelar setiap sebulan sekali dari ranting ke ranting.
Diawali dengan pembacaan dan khataman maulid Ad-diba’ dan menyanyikan lagu Indonesia Raya serta mars Fatayat NU dan mars Subhanul Wathon, acara ini nampak berjalan khidmat dengan jamaah yang memenuhi area dalam dan beranda masjid.
Dalam sambutannya ketua MWCNU Porong Drs. H. Sugiono menyampaikan bahwasanya sebagai kader Fatayat harus selalu solid dan kompak untuk memperjuangkan organisasi. Kerukunan dan kebersamaan akan menghasilkan keberhasilan sedangkan perseteruan dan perpecahan akan menghasilkan kehancuran.
“Menjadi kader itu harus selalu kompak dan rukun, misalnya dengan rukun begini bisa menggalang dana untuk mengadakan kegiatan sebesar ini,” tutur beliau sembari tersenyum.
Acara inti diisi dengan ceramah agama oleh ibu Nyai Hj. Imroatun Najwa yang dalam materinya menuturkan pentingnya pendidikan agama bagi anak-anak kita.
“Mendidik anak dizaman sekarang itu sangat berbeda sekali dengan zaman dahulu. Jika orangtua zaman dahulu mewajibkan anak-anak mereka untuk mendawamkan membaca Al Qur’an bakda maghrib dan dilarang untuk makan malam sebelum melakukannya meskipun hanya satu lembar ataupun satu ain,” ucap beliau mengawali materi.
Menurut beliau hal tersebut memang terlihat sepele tetapi hasilnya sungguh luarbiasa sekali, akan terbentuk karakter islami yang sangat kuat dalam pribadi anak jika cara mendidik anak diterapkan seperti itu.
“Orangtua zaman sekarang cenderung membanggakan prestasi anak-anaknya dalam hal keduniaan tetapi sangat jarang sekali yang membanggakan anaknya dalam hal akhiratnya misalnya memondokkan anak dimana dan sudah khatam kitab apa,” lanjut beliau.
Selain itu dalam permasalahan sosial seringkali ditemukan anak gadis yang terlambat menikah bahkan sampai berumur lebih dari kepala empat atau bahkan lebih.
“Saya manut kyai, jika masih berusia 26 tahun maka akan saya bantu carikan jodoh. Tetapi jika lebih dari usia tersebut berarti ada yang salah dalam diri wanita tersebut misalnya standar yang terlalu tinggi atau lain sebagainya,” terang beliau.
Hal salah yang dimaksud disini adalah kepribadian dan karakter yang kurang baik akibatnya kurangnya pendidikan agama. Bisa juga penyebab lambat datangnya jodoh dikarenakan permasalahan nasab.
Oleh karena itu diakhir materinya beliau berpesan kepada seluruh kader Fatayat NU Porong agar senantiasa mendidik anak-anaknya dengan baik di ilmu agama.
“Jangan sampai ibunya aktifis Fatayat atau Muslimat tetapi anaknya begajulan tidak karuan bahkan sangat jauh sekali dari ilmu agama. Menjadi tugas kita bersama sebagai kader dan pengurus Nahdlatul Ulama untuk melakukan pendidikan moral dan agama bagi generasi muda,” tutup beliau. (Miftachul Arif)