Fluktuasi iman dan fenomena islam warisan

POIN NU Porong, Fluktuasi iman dan fenomena islam warisan.

ولا ريب في أن محبته صلى الله عليه وسلم فرض على كل موحد مجتهد أو مقلد وبحسب زيادتها ونقصانها تكون زيادة الايمان ونقصانه. (الشرف المؤبد لآل محمد : يوسف بن إسماعيل النبهاني ، ص ، 8).

Sungguh sangat gamblang tanpa lagi keraguan bahwa mahabbah kepada Nabi SAW merupakan kebutuhan ( kewajiban) bagi setiap orang yang bertauhid, baik mereka yang telah sampai pada level mujtahid (ulama) maupun bagi para pengikutnya ( muqollid).

Naik-turunnya (fluktuasi) keimanan seseorang sangat bergantung pada peningkatan dan penurunan bobot mahabbah kepada Rasulullah.

( Syekh Yusuf Bin Ismail Al nabhani)
———————————————————————————————————————————————————–

Mahabbah biasa diartikan sebagai cinta, sedangkan kata cinta sendiri merupakan kondisi jiwa yang sulit diterjemahkan dengan kata-kata. Hal tersebut bisa kita lihat dari banyaknya padanan kata cinta dalam bahasa kita ; sayang, suka, senang, rindu, gandrung dan sederet kata lain yang merupakan sebab atau akibat munculnya perasaan yang disebut cinta tersebut.

Baca juga  Sepasang karakter inti dalam jiwa setiap manusia, sudahkah anda mengenalnya?

Jika kita urutkan, cinta tidak muncul secara tiba-tiba, ia memiliki alur cerita dan proses yang cukup panjang.

Saya lebih nyaman memaknai “Mahabbah” sebagai berikut :

  1. Proses belajar mengenal sosok Kanjeng Nabi melalui warisan – warisan dan jejak-jejak keilmuan beliau yang berupa riwayat, sejarah dan kader beliau ( para sahabat, tabi’in, ulama, auliya’, negarawan, pejuang lintas zaman).
  2. Dari proses”perkenalan” tersebut kita akan memahami , mengenali dan setapak demi setapak mulai mengagumi sosok dan karakter beliau meskipun jarak sang Nabi dengan kita memanjang hingga 14 abad lebih dimana secara logika sangat sulit untuk terkoneksi.
  3. Dari setitik kekaguman tersebut, secara psikis kita telah memiliki “ruang privat” untuk terus berinteraksi dengan beliau melalui Sunnah-Sunnah beliau, cara pandang beliau, dan sikap-sikap beliau dalam merespon realitas kehidupan.
  4. Dari tiga poin diatas, cara berpikir kita akan sedikit demi sedikit terbangun sehingga ajaran agama yang telah kita peluk sekian lama bukan hanya menjadi rutinitas harian yang (jujur) kadang memberatkan kita, akan tetapi lebih bermakna dan dinamis sebab Sunnah Nabi bukan hanya melulu terkait dengan ibadah fisik, tapi juga cara berpikir, cara merespon, dan seni pengelolaan diri.

Pada akhirnya anda sendiri akan mampu mendefinisikan apa makna mahabbah itu yang mempengaruhi fluktuasi iman. Apakah ia sebagai rasa kekaguman, kedekatan, kerinduan ataukah sekedar kata-kata yang dihasilkan oleh pita suara melalui frekuensi udara.

M.Sholah Ulayya.
Peneliti di Pusat Studi Kecerdasan Kosmik, Wilayah Jatim.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *