Gresik, POIN NU Porong. Gelaran ijazah kubro dan apel 30000 kader Nahdlatul Ulama Jawa Timur dalam menyongsong 1 abad Nahdlatul Ulama digelar dialun-alun Kanjeng Sepuh Sidayu Gresik pada hari Rabu dan Kamis (09 s.d 10/11). Rangkaian acara dimulai pada hari Rabu sore dengan ziarah ke makam Sunan Giri, Makam Pojok (KH Umar Burhan, KH Zubair) serta makam al habib Abu Bakar Assegaf. Berlanjut sampai dengan hari Kamis pagi (10/11) yang diisi dengan istighosah kubro serta sholat subuh berjamaah. Prosesi acara terakhir yakni apel kader dengan diawali sambutan bupati Gresik serta taujihat ketua PWNU.
Lantunan istighosah yang dipimpin oleh KH. Ishomuddin mampu membawa jamaah untuk hanyut dalam munajat kepada Allah SWT. Gema serta lantunan sholawat an-nadhliyah pun tak ketinggalan mengiringi prosesi acara mujahadah ini. Sholawat an-nahdliyah merupakan doa dalam bentuk sholawat dan munajat agar seluruh kader NU senantiasa diberikan kekuatan lahir dan batin untuk mengabdi kepada Nahdlatul Ulama. Selepas sholat subuh berjamaah, para hadirin diajak untuk melaksanakan sedekah subuh melalui PWNU Jawa Timur serta PCNU Gresik untuk korban bencana alam serta beasiswa santri-santri Nahdlatul Ulama yang sedang menuntut ilmu. Dipenghujung acara istighosah, Kyai Ishomuddin mengajak seluruh jamaah untuk melantunkan manaqib Ibadallah Rijalallah untuk senantiasa memohon pertolongan dari Allah SWT.
Proses pengumpulan sedekah subuh diiringi dengan lantunan sholawat asyghil. Sholawat ini masyhur dengan sebutan sholawat Habib Ahmad bin Umar Alhinduan Ba ‘Alawy (w.1122 H). Hal tersebut karena sholawat ini termasuk bacaan sholawat yang dihimpun dalam kitabnya Alkawakib Almudhi’ah fi Zikris Shalah ‘ala Khairil Bariyyah. Sholawat Asyghil ini awalnya merupakan sholawat yang kerap dipanjatkan oleh Imam Ja’far ash-Shadiq (wafat 138 H). Adapun Habib Ahmad bin Umar Alhinduan Ba ‘Alawy, konon, hanya mencantumkan sholawat tersebut dalam kitabnya.
Ijazah kubro diberikan oleh 3 orang kyai khos Jawa Timur yakni :
1. KHA. Adhim Kholili : Aurod Mbah Kholil Bangkalan.
2. KH. Fahmi Amrulloh : Aurod Mbah Hasyim Asyari Tebuireng
3. KHA. Matin Jawahir : Aurod Mbah Matin Bejagung
Dalam sambutannya, Wakil Rais Aam PBNU KH Anwar Iskandar menyatakan, selain terus menggelorakan Islam ahlussunnah waljamaah (Aswaja) an Nahdliyah, pihaknya juga mengajak warga NU untuk terus menjaga dan menyelamatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). ’’Itu komitmen kita. Jaga negara bangsa, yang berbasis Bhinneka Tunggal Ika. Dengan latar belakang budaya, politik, agama, ekonomi yang macam-macam ini menjadi satu yang namanya bangsa Indonesia. Yang hari ini juga kita rayakan Hari Pahlawan,’’ tegasnya.
Ulama asal Kediri itu juga menyatakan, warga NU bertekad menolak setiap fikiran, setiap upaya, setiap gerakan, yang ingin mengubah bentuk negara ini dari negara bangsa. ‘’Kita tolak bentuk negara apapun, apakah bentuk kapitalis, sosialis, komunis, khilafah, sekuler, kita tolak itu. Kekuatan kita akan kita gunakan untuk itu semua,’’ ungkapnya.
Dikatakan, Indonesia adalah rumah bersama. ’’Di sini kita lahir, di sini kita berjuang, di sini kita hidup, di sini kita mati. Karena itu, mempertahankan negara ini bagian dari jihad fi sabilillah,’’ ucap dia.
Ulama-ulama NU, lanjut dia, sudah mengajarkan bahwa hubbul wathan minal iman. Cinta tanah air bagian daripada iman. Tidak sembarangan. Mencintai Indonesia ini bagian daripada iman.
’’Apakah ada yang lebih tinggi dalam hidup dari iman? Tidak ada. Kalau ada yang mengatakan negara bangsa itu toghut, bahwa demokrasi itu toghut, biarkan saja,’’ paparnya.
Kiai Anwar juga mengingatkan agar warga NU untuk tidak terpecah-pecah. Tidak tercabik-cabik. Dikatakan, sekarang ini sudah mulai masuk tahun politik. NU harus menjadi motor bagaimana persatuan Indonesia itu wujud.
’’Apapun fenomena yang terjadi. Apakah ada pemilu atau tidak ada pemilu, NU harus menjadi penggerak dari terwujudnya persatuan Indonesia. Karena menurut Alquran, bersatu itu nikmat. Itu salah satu tugas kebangsaan yang harus dilakukan kader NU,’’ kata kiai yang juga mustasyar PWNU Jatim itu.
Pernyataan senada juga disampaikan Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar. Dia pun mengingatkan agar warga dan pengurus NU tidak terpecah belah. ’’Jadi pengurus, tetap NU. Nggak jadi pengurus pun, tetap NU. Jangan purik, jangan mutung, jangan ngambul. Jaga NU. Jangan membuat gerakan sempalan setelah konferensi kalah,’’ harapnya.
Dia mengungkapkan, yang ditakdir menang jangan sombong, jangan otoriter, jangan sak karepe dewa atau semaunya sendiri. Siapapun yang berkualitas, yang memiliki kapasitas cukup, pengalaman cukup, harus tetap dirangkul untuk bersama mengurusi NU, meskipun saat konferensi tidak sebarisan.
‘’Haram kau buang mereka. Jangan pakai nafsu untuk melengkapi kepengurusan, jangan pakai like and dislike, dasarnya harus ketulusan niat, kejernihan hati, serta ilmu dan pengalaman cukup. Bareng-bareng menjaga NU,’’ tegasnya.
Kyai pengasuh PP Sabilurrosyad, Malang, itu juga mememinta kader NU terus menggelorakan koin dan kotak-kotak amal. Lembaga amil zakat, infak, dan sedekah (Lazis) mesti lebih ulet. ‘’Daripada kotak amal atau dana sosial dimasuki orang lain yang dimanfaatkan untuk kegiatan kontra NKRI,’’ kata Kiai Marzuki.
Lalu, sambung dia, dana sosial tersebut dimanfaatkan untuk anak-anak yatim dan anak-anak fakir miskin. Yang tidak bisa bersekolah, diupayakan bisa terus bersekolah melalui LP Maarif atau di pondok pesantren secara gratis.
‘’Digratisi oleh Lazis NU. Harus bisa, kalau tidak, mereka didanai nonmuslim, Wahabi, Syiah, naudzubillah. Jadi, memasifkan penggalangan dana semaksimal mungkin dan digunakan sebesar besarnya untuk kemaslahatan umat dan NU,’’ tandasanya.
Sementara itu, Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani mewakili panitia lokal memohon maaf bilamana ada kekurangan dalam pelayanan kepada puluhan ribu kader NU yang hadir di Gresik.
Dalam sambutan penutupnya, Yani mengutip syair KH A. Wahid Hasyim (ayahanda Gus Dur). ‘’Para pendahulu telah menanam sehingga kita memakan buahnya, sekarang kita juga menanam agar generasi memakan buahnya,’’ pungkasnya.
Pewarta : Ulul Albab
Editor : Miftachul Arif