Kajian Aswaja Keutamaan Shodaqoh, Poin NU Porong. Allah menciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah ini tidak terbatas pada masalah ubudiyah saja akan tetapi juga mencangkup tentang harta yang kita miliki didunia ini. Allah menciptakan kita dilengkapi dengan fasilitas yang disebut dengan rezeki.
Firman Allah SWT dalam surat Hud Ayat 6 yang berbunyi :
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ
Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).”
Rezeki berupa harta benda ini diakhirat akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT. Sehingga sayyidina Umar bin Khattab pernah menyampaikan
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَزِنُوها قَبْلَ أَنْ تُوزَنُوا، وَتَأهَّبُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ
“Hendaklah kalian menghisab diri kalian sebelum kalian dihisab, dan hendaklah kalian menimbang diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk hari besar ditampakkannya amal”
Mengoreksi diri sendiri lebih awal lebih baik daripada dikoreksi oleh Allah SWT diakhirat kelak melalui hisab-Nya. Dalam proses mengoreksi diri inilah, kita harus berfikir bagaimana meringankan beban hisab tentang harta yang kita miliki di dunia. Salah satu caranya yakni dengan bershodaqoh. Fungsi shodaqoh adalah untuk membersihkan diri serta kelemahan-kelemahan pada diri kita atas dosa-dosa yang telah kita lakukan di dunia ini. Allah SWT berfirman dalam surat At taubah ayat 103
خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
Berdasarkan ayat di atas, Allah SWT memberikan perintah kepada Rasulullah SAW untuk mengambil shodaqoh dari harta manusia (orang-orang kaya). Shodaqoh yang diberikan kepada fakir miskin itu berguna untuk membersihkan jiwa dari perasaan kotor. Jika hati seseorang menjadi suci maka akan tumbuh kebaikan di dalam hatinya serta doakanlah mereka. Sudah jelas dalam ayat ini bahwa shodaqohadalah suatu hal yang wajib dilakukan.
Selain itu shodaqoh juga berperan menghapus dikotomi antara miskin dan kaya. Karena sesungguhnya tidak ada dikotomi miskin dan kaya sebab fakir miskin menjadi tanggung jawab si kaya.
Allah SWT tidak membutuhkan shodaqoh kita, justru pribadi kita sendiri yang membutuhkan pahala serta balasan dari shodaqoh.
Sebagai manusia biasa, tidak salah apabila kita bertanya seberapa besar pahala bagi orang-orang yang bershodaqoh. Baginda Nabi Muhammad SAW pernah protes kepada Allah SWT tentang ganjaran shodaqoh. Dijelaskan dalam ayat Al Qur’an bahwa setiap perbuatan akan dibalas dengan semisalnya. Baginda nabi Muhammad SAW merasa keberatan akan hal ini dikarenakan kasihan kepada umatnya, akhirnya Allah swt berfirman bahwa barangsiapa berbuat 1 kebaikan maka akan dibalas dengan 10 kebaikan.
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al An’am: 160).
Tetapi beliau masih belum puas, hingga Allah SWT kembali berfirman bahwa 1 kebaikan akan dibalas dengan minimal 700 kebaikan
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « يَقُولُ اللَّهُ إِذَا أَرَادَ عَبْدِى أَنْ يَعْمَلَ سَيِّئَةً فَلاَ تَكْتُبُوهَا عَلَيْهِ حَتَّى يَعْمَلَهَا ، فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا بِمِثْلِهَا وَإِنْ تَرَكَهَا مِنْ أَجْلِى فَاكْتُبُوهَا لَهُ حَسَنَةً وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَعْمَلَ حَسَنَةً فَلَمْ يَعْمَلْهَا فَاكْتُبُوهَا لَهُ حَسَنَةً ، فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةٍ »
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Jika hamba-Ku bertekad melakukan kejelekan, janganlah dicatat hingga ia melakukannya. Jika ia melakukan kejelekan tersebut, maka catatlah satu kejelekan yang semisal. Jika ia meninggalkan kejelekan tersebut karena-Ku, maka catatlah satu kebaikan untuknya. Jika ia bertekad melakukan satu kebaikan, maka catatlah untuknya satu kebaikan. Jika ia melakukan kebaikan tersebut, maka catatlah baginya sepuluh kebaikan yang semisal hingga 700 kali lipat.” (HR. Bukhari no. 7062 dan Muslim no. 129).
Baginda Nabi belum juga merasakan puas hingga Allah SWT kembali berfirman, barangsiapa bersedekah dengan rasa ikhlas maka di akhirat dia tidak akan dihisab.
اِنَّ الْمُصَّدِّقِيْنَ وَالْمُصَّدِّقٰتِ وَاَقْرَضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا يُّضٰعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ اَجْرٌ كَرِيْمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan mereka akan mendapat pahala yang mulia. ( QS Al Hadid : 18 )
Secara pribadi, ustadz Lukman menyampaikan bahwa beliau sangat setuju dengan adanya koin NU dikarenakan dapat menjadi latihan kita untuk bershodaqoh. Memang terlihat sepele tetapi manfaatnya sangat luarbiasa sekali bagi kita dan fakir miskin pada umumnya. Mari kita ambil momen-momen yang telah diberikan oleh Allah swt didalam kehidupan kita saat ini. Mari kita koreksi diri kita sendiri sebelum kita dihisab oleh Allah SWT.
Ditulis berdasarkan materi kajian aswaja oleh Ustd. A. Lukman Marzuqi, M.Pd.I – Rois syuriyah MWCNU Porong