Poin NU Porong – Aswaja Center
Secara umum ayat – ayat Al Qur’an terpetakan ke dalam 4 titik :
- informasi masa lalu dan masa depan yang berupa kisah atau isyarat-isyarat
- Peringatan, perintah, larangan dan kabar gembira
- Tata kelola jiwa, akhlak, dan hal – hal gaib
- Ayat dalam bentuk Sayembara atau semacam anjuran dalam bentuk berita yang sifatnya pengalaman, perselancaran, dan percobaan-percobaan
Salah satu tipe ayat dalam bentuk sayembara itu adalah ayat tentang takwa sebagaimana ditawarkan dalam surat at talaq ayat 2-5 . Diantara hadiah yang dijanjikan Tuhan dalam sayembara tersebut adalah :
- Solusi, jalan keluar, titik terang (baik untuk dirinya ataupun orang lain)
ومن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا.
- Diberi Rizqi (perangkat, energi) dari arah yang diluar dugaan nalar, logika, prediksi.
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ.
- Urusanya terasa mudah , meskipun secara hitung-hitungan logika nampak sulit.
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا.
- Peleburan, pembaharuan serta peningkatan dalam berbagai sisi kehidupan.
و من يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا.
Dalam ayat tersebut ada satu indikator penting terkait takwa yakni , tawakal. Bukan berarti diam atau berserah, tapi menjalankan tugas sesuai porsinya, dan menyerahkan hal-hal yang diluar kontrol kepada yang Maha Kuasa. Makna takwa sendiri secara bahasa terambil dari kata _” Waqo” – Yaqi – Wiqoyah_ yang Artinya menjaga, merawat, menemukan posisi. Aktivitas menjaga meniscayakan pada pengetahuan yang lengkap akan sesuatu yang harus dijaga. Jika kita diberi tugas menjaga rumah, berarti kita harus tahu letak rumah itu, dimana pintunya, mana saja ruang-ruang yang perlu di jaga dll.
Aktivitas menjaga juga mengisyaratkan adanya bahaya dari luar dan adanya barang berharga yang rawan dicuri atau dirusak. Semakin tinggi nilai sesuatu yang butuh penjagaan, maka semakin membutuhkan banyak tenaga, energi, waktu dan juga resiko. Tapi juga menjanjikan hasil yang besar. oleh karenanya, kata ” Waqo” (menjaga) jika dibalik menjadi ” Qowa” yang berarti “kekuatan”. Menjaga membutuhkan bekal dan kekuatan ekstra. Bukan hanya kekuatan fisik, tapi juga pikiran, waktu dan materi.
Proses penjagaan tersebut meskipun berat, tapi mampu meningkatkan dan menumbuh kembangkan daya (kekuatan, quwwah قوة), baik daya spiritual, emosional, dan intelektual Sebagaimana orang yang belajar ilmu beladiri yang terkadang dipaksa memukul benda-benda padat bukan untuk melukai dirinya, tapi untuk membiasakan diri dan pikirannya agar berani menghadapi hal yang nampak sulit tetapi memperkuat tulang dan otot-otot jasmani serta rohaninya.
Dalam tataran praktik, menjaga bisa bermakna dua hal sekaligus. Melakukan sesuatu dan menghindar kan diri dari sesuatu atau pihak tertentu sebagai bentuk penjagaan dan pertahanan diri_. Saat anda mengerjakan tugas, berarti secara otomatis anda telah menjaga kepercayaan atasan, menyelamatkan diri dari potensi PHK, dan membuka peluang untuk naik karir. Begitu juga sebaliknya.. orang yang menghindar dari tugas, secara otomatis membuka peluang untuk turun jabatan atau mengundang anggapan kurang baik, baik Dimata orang lain ataupun dimatanya sendiri.
Dari kata “Waqo” وقى lahir kata “Wiqoyah” وقاية, yang berarti tindakan preventif (pencegahan) atas hal buruk yang akan terjadi. Artinya, takwa bisa jadi berkaitan dengan hal-hal yang akan terjadi, yang sudah terjadi , atau malah sedang terjadi. Oleh karenanya dalam ayat :
ومن يتق الله يجعل له مخرجا.
Barangsiapa yang berproses dalam takwa maka Allah akan membuka baginya sebuah jalan keluar ( dari berbagai macam problem). Kata ” Yattaqi” berbentuk kata kerja yang menunjukkan masa _kini dan akan datang ( Fi’il Mudhori)_ yang mana memberi kesan proses perjalanan dari berbagai pilihan-pilihan keputusan. Menjaga tradisi, budaya, kebiasaan baik adalah salah satu bentuk taqwa (melestarikan) yang berdimensi masa lalu, kini, dan akan datang.
Dalam surat Al Qashash ayat 83 bahkan di sebutkan jaminan bagi mereka yang telah mencapai level takwa, yaitu jaminan kemenangan.
والعاقبة للمتقين.
Happy ending atau akhir yang sempurna adalah bagi mereka yang telah menjadi takwa sebagai karakter (Al Muttaqin). Orang bertakwa memang terlihat sibuk dan repot, tapi dia faham betul bagaimana sebuah proses perjalan dan puncak dari perjalanan tersebut sehingga tidak ngoyo dan tetap tenang dalam menapaki tujuan. Hal tersebut adalah salah satu bentuk keselarasan antara tawakal dan ketepatan dalam menentukan pijakan (ikhtiar).
Jika kita mengikuti konsep imam Ghozali dalam kitab Kimya’Assadah, maka takwa dimulai dari mengenali potensi kekuatan manusia dan mengenali apa saja yang perlu dijaga. Oleh karenanya , Al Ghazali mengistilahkan potensi lahir dan batin manusia sebagai sebuah negara atau kerajaan yang membutuhkan penjagaan dan perawatan agar negara dan rakyat aman sejahtera.
Sebab lawan dari sosok manusia yang diibaratkan dengan kerajaan itu justru berasal dari dalam dan bukan dari luar . Lawan tersebut adalah ketidakselarasan komunikasi antara raja (hati) , perdana menteri (akal), dan bala tentara sehingga ada pembelotan dan pemberontakan dalam internal istana yang di prakarsai oleh ego yang berambisi mengambil alih kekuasaan raja dengan menyandera perdana menteri.
Dari uraian rentetan poin diatas, mengingatkan kita pada sebuah Hadits:
الكيس من دان نفسه
Manusia cerdas nan unggul adalah mereka yang memiliki keahlian dalam mengelola dirinya sendiri.
Oleh karenanya untuk dapat mengikuti sayembara diatas , ada lima pertanyaan yang perlu dijawab :
- Apa yang perlu dijaga?
- Untuk apa ia harus dijaga dan apa dampak negatifnya jika dibiarkan tanpa penjagaan?
- Bagaimana cara menjaganya?
- Berapa lama durasi waktu penjagaanya?
- Butuh berapa tenaga (orang) untuk menjaganya ?
Setiap manusia pasti memiliki problem dan selalu mencari jalan keluar. tawaran dari surat At-talaq ( _talaq secara bahasa berarti merelakan atau mengendorkan tali pengikat. Selain juga berarti pemutusan hubungan pernikahan dalam waktu tertentu atau permanen_) diatas bisa jadi alternatif.
Penulis : M.Sholah Ulayya (Pusat Studi Kecerdasan Kosmik Jatim)