Mengubah Limbah Jadi Berkah ( 1) : Seri Pertanian Organik Bahan Pembenah Tanah

Poin Nu Porong – Seiring dengan menurunnya kualitas tanah di wilayah pertanian Indonesia akibat penggunaan bahan-bahan non organik secara terus menerus maka diperlukan adanya perubahan pola pertanian yaitu sistem pertanian organik terpadu. Sistem ini memiliki prinsip utama dengan mengembalikan seberapa banyak yang ditumbuhkan oleh tanah akan dikembalikan lagi ketanah, misalnya mengembalikan jerami padi, sisa rumput gulma serta bahan organik lainnya ke tanah dengan cara dirubah menjadi kompos. Proses penambahan kompos ke tanah ini disebut sebagai pembenahan tanah dan bahan yang digunakan disebut bahan pembenah tanah.

Bahan pembenah tanah dikenal juga sebagai soil conditioner. Di kalangan ahli tanah diartikan sebagai bahan-bahan sintetis atau alami, organik atau mineral,berbentuk padat maupun cair yang mampu memperbaiki struktur tanah, dapat merubah kapasitas tanah menahan dan melalukan air, serta dapat memperbaiki kemampuan tanah dalam memegang hara, sehingga air dan hara tidak mudah hilang, namun tanaman masih mampu memanfaatkan air dan hara tersebut.

Beberapa konsep utama penggunaan pembenah tanah adalah :

  1. Memantapan agregat tanah untuk mencegah erosi dan pencemaran,
  2. Merubah sifat hidrophobik dan hidrofilik, sehingga dapat merubah kapasitas tanah menahan air
  3. Meningkatkan kemampuan tanah dalam memegang hara dengan cara meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK).

Secara garis besar bahan pembenah tanah dapat dibagi menjadi dua yaitu alami dan sintetis (buatan). Sedangkan berdasarkan senyawa pembentuk dibagi menjadi tiga yakni pembenah tanah organik, pembenah tanah hayati serta pembenah tanah anorganik (mineral). Pembenah tanah alami atau organik dibuat dari bahan-bahan alami yang tidak mengalami perubahan perubahan stuktur senyawa dasarnya sehingga masih bisa dikenali bahan dasar pembuatnya. Sedangkan sintetis dibuat secara kimiawi dipabrik sehingga mengalami perubahan struktur senyawa serta fisik sehingga tidak dapat dikenali bahan dasar pembuatnya.

Baca juga  Zeolite, Mineral Natural Yang Menakjubkan

Contoh pembenah tanah organik yaitu

  • pupuk kandang
  • biomassa tanaman seperti pangkasan rumput dll
  • sisa panen seperti jerami atau batang jagung
  • Aplikasi mikro organisme yang menguntungkan

Penggunaan pembenah tanah seperti pupuk kandang dan biomassa tanaman sudah sering kita temukan tetapi diperlukan jumlah yang sangat banyak untuk penggunaannya. Kedua jenis pupuk ini akan sangat efektif bila digunakan dalam jumlah yang besar misalnya 15-20 ton per hektar untuk pupuk kandang dan 20-25 ton per hektar untuk kompos. Dibandingkan dengan pupuk kandang dan kompos, penggunaan mikro organisme sebagai pupuk dapat jauh lebih efektif dengan dosis yang lebih kecil.

Lantas, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kesuburan tanah menjadi berkurang ?

  1. Penggunaan pestisida dan herbisida yang berlebihan
  2. bahan organik tidak dikembalikan sesuai dengan konsep pertanian organik
  3. Tidak adanya jeda masa tanam untuk mengistirahatkan tanah.

Salah satu ciri tanah tidak subur adalah menurunnya pH tanah ( tanah menjadi asam ) yang dapat menyebabkan vigor tanah lemah, mudah terserang pathogen tular tanah, kemampuan tanah menyerap nutrisi menjadi lemah, agregat tanah lemah sehingga daya sanggah tanaman terhadap air, udara dan nutrisi dicirikan dengan tanah lengket sehinga akar tanaman tidak bisa bebas.Banyak cara yang bisa kita lakukan jika sudah mengalami kondisi tanah pertanian seperti dijelaskan diatas. Untuk tanah sawah, kembalikan jerami sisa panen ke tanah karena jerami adalah hak sawah. Tambahkan kompos dengan jumlah minimal 5 ton per hektar serta pengaplikasian agen hayati (mikro organisme).

Tidak ada larangan penggunaan pupuk non organik pada pertanian tetapi dengan catatan pemakaian pupuk non organik disesuaikan dengan vigor, aplikasikan sesedikit mungkin hanya agar tanaman tidak setres. Jika dirasa cukup maka penggunaan pupuk non organik sangat tidak disarankan. Jika agen hayati sudah berjalan maka pemakaian pupuk non organik bisa dikurangi sampai dengan 50%.

Penulis : Miftachul Arif

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *