Glagaharum, Poin NU Porong. Diba’ kubro Pimpinan Anak Cabang Fatayat Nahdlatul Ulama Porong yang rutin diadakan setiap sebulan sekali kali ini diadakan pada Minggu (18/12) dipendopo balai desa Glagaharum Porong. Acara yang turut dihadiri oleh segenap pemerintah desa ini juga digabung dengan acara bazaar produk-produk UMKM dari warga Glagaharum.
Diawali dengan khataman maulid diba’ dan kirim doa ahli kubur oleh kader Fatayat NU ranting, kemudian dilanjutkan dengan acara inti yakni sambutan-sambutan serta ceramah agama oleh ustad Muhajirin dari Tanggulangin.
Sambutan pertama disampaikan oleh ketua ranting Fatayat NU Glagaharum sahabati Islamiyah yang menyampaikan terima kasih kepada segenap kader, masyarakat, pemerintah desa serta semua elemen yang membantu dalam mensukseskan acara diba’ kubro.
“Saya hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada seluruh sahabat-sahabat kader Fatayat Glagaharum, bapak NU serta masyarakat dan pemerintah desa yang sudah membantu baik berupa materi maupun tenaga sehingga acara ini dapat terlaksana” tuturnya.
Beliau juga menyampaikan terima kasih kepada para donatur yang berkirim doa kepada ahli kuburnya. Semoga amal jariyah dapat tersampaikan kepada seluruh ahli kubur yang dikirim doa. Uang donasi nantinya akan dijadikan kas operasional ranting dan PAC Fatayat NU Porong sehingga Fatayat kedepannya dapat mandiri apabila ada kegiatan-kegiatan di Pimpinan Anak Cabang.
Turut hadir pula jajaran pengurus Badan Otonom dan lembaga dari MWCNU Porong serta ranting NU Glagaharum untuk memberikan support dalam setiap kegiatan semua Banom dan lembaga diwilayah MWCNU Porong.
Puncak acara di isi ceramah agama oleh ustad Muhajir dari Tanggulangin Sidoarjo yang pada kesempatan pagi ini membahas tentang kunci sukses dalam berumah tangga.
“Orang berumah tangga itu ada 3 kunci utama agar perjalanan rumah tangganya senantiasa sakinah mawaddah warohmah terutama untuk kader-kader aktif Fatayat NU” ucap beliau.
Kunci pertama yakni sabar, dalam arti sabar menghadapi sikap serta sifat dari pasangan kita. Selain itu juga harus sabar apabila mempunyai pasangan yang aktif berorganisasi. Hal ini berlaku untuk suami maupun istri, harus saling memahami kesibukan masing-masing di organisasi tetapi tentu dengan tidak meninggalkan kewajibannya dalam rumah tangga.
Kunci kedua yaitu musyawarah, dalam setiap pengambilan keputusan maupun akan melakukan suatu pekerjaan harus selalu bermusyawarah antara suami dan istri.
Ada pepatah arab yang mengatakan “Setiap kepala memiliki pendapat”. Artinya setiap manusia memiliki sudut pandang berbeda dalam melihat permasalahan atau menggapai tujuan tertentu. Kadang perbedaan sudut pandang inilah yang membuat ketidakharmonisan terjadi antar manusia atau kelompok.
Maka dari itu Islam sebagai jalan hidup seorang muslim, memberikan tuntunan untuk bermusyawarah dalam banyak menyelesaikan permasalahan dan menggapai tujuan. Musyawarah tidak hanya dianjurkan pada umat Islam, bahkan secara tegas memerintahkan Rasulullah SAW untuk mengajak para sahabat untuk bermusyawarah dalam banyak hal. Allah SWT berfirman, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”, (Q.S. Ali Imran 3: 159).
“Yang terakhir kunci dalam berumah tangga yakni harus selalu berusaha memperbaiki diri dan hati. Baik buruknya seseorang tergantung hatinya. Dengan jamiyyah Nahdlatul Ulama umumnya dan Fatayat NU khususnya semoga kita semua dapat menjadi manusia-manusia yang berhati mulia. Setiap hari semakin bertambah baik dan pada akhirnya menjadikan kita khusnul khotimah” pungkas beliau.
Diakhir materi beliau juga berpesan untuk semua kader aktif Fatayat NU agar senantiasa mensyiarkan dakwah islam ahlussunnah wal jamaah an nahdliyah yang ramah dan santun.
“Mari kita ajak teman-teman kita dan orang-orang disekitar kita untuk ikut Fatayat NU. Jika ada yang bertanya Fatayat itu seperti apa, maka kita harus menjawab bahwa didalam Fatayat itu berisi mengaji, bersholawat serta silaturahmi dengan tujuan akhir untuk memperbaiki diri” tutupnya.
Editor : Miftachul Arif