Fitrah dan perjalanan kesadaran manusia

Setiap bayi terlahir dalam kondisi fitrah menurut sebuah riwayat yang sering kita dengar saat mempelajari teori -teori pendidikan dari sumber-sumber ajaran Islam .

Salah seorang ilmuwan muslim yang diakui dunia, Ibnu Sina atau Avesina menjelaskan tiga macam fitrah tersebut yaitu :

  1. Fitrah yang steril, kekuatan alamiah manusia yang menjangkau segala sesuatu secara benar, jujur dan apa adanya.
  2. Fitrah yang dipenuhi polusi, kekuatan pikiran yang menjebak dan mengaburkan pandangan dari kesejatian.
  3. Fitrah (Standar) yang sedang berproses, kekuatan pikiran yang sedang berproses dalam meraba dan menemukan titik temu antara yang sejati dan yang palsu (kamuflase)

Mereka yang sedang terjebak oleh fitrahnya sendiri ( sebagaimana poin ke dua) biasanya menganggap pendapatnya paling benar dan pihak lain salah. namun seiring waktu , bisa jadi ia akan naik ke level selanjutnya ( bisa ke poin pertama atau ke tiga) ketika mengalami benturan karena mempertahankan pendapatnya tersebut.

Pada titik ini dibutuhkan kejujuran dalam menilai diri sendiri agar tidak terlalu tenggelam dalam kebenaran semu.

Setiap poin dari tiga fitrah diatas paling tidak memiliki tiga dimensi :

  1. dimensi pengetahuan
  2. dimensi pengalaman
  3. dimensi keindahan.

Oleh karenanya, imam Zarnuji dalam karyanya yang monumental Ta’lim Muta’allim menandaskan bahwa mencari ilmu memang wajib akan tetapi tidak semua ilmu harus kita buru.

Ilmu terbaik yang perlu kita kuasai adalah ilmu al-hal, yakni ilmu tentang kondisi kekinian kita, ilmu tentang kebutuhan kita, seni bagaimana mengelola kehidupan kita sendiri secara arif dan bijaksana.



Bagi seorang pengusaha, ilmu yangpaling ia butuhkan tentu yang terkait tentang cara mengais rizki yang halal , berkah serta memperluas manfaat.

Sedangkan Bagi seorang pekerja, ilmu terbaik yang perlu ia pelajari adalah bagaimana bekerja dengan baik dan aman meskipun dengan gaji pas-pasan sembari terus berdoa dan menempa diri supaya terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas diri baik secara materi maupun ruhani. Sesekali mengeluh memang manusiawi,akan tetapi itu bukanlah solusi.

Baca juga  Memandang pekerjaan sebagai bagian hukum alam

Perubahan, pertumbuhan dan pemuaian adalah sifat utama dunia dari dulu hingga hari ini, barang siapa yang hanya berpangku tangan dan enggan mengambil peran dalam menumbuhkan potensi kesadarannya maka ia seakan bersebrangan dengan sistem operasi alam semesta yang terus berubah itu.

Rasulullah sebagai manusia teragung sejak jauh-jauh hari pun telah memberikan tips agar umatnya tidak menjadi umat yang tertinggal dan terbelakang :

طلب العلم فريضة على كل مسلم

Belajar, mengaji, menemukan pencerahan adalah kebutuhan ( faridah) bagi setiap Muslim.

Kata ” muslim” dalam riwayat diatas bisa kita artikan sebagai orang-orang yang ingin selamat dan menyelamatkan, yang mendambakan kedamaian ( salam) dan keselarasan,yang tidak ingin terjadi kerusakan dan kelapukan sebab kata muslim dalam ilmu bahasa Arab memiliki sekian turun akar kata seperti :

Salam سلام, Salamah (keselamatan) سلامة , Islam اسلام, lamas لمس ( meneliti, meraba, mencari).

M. Sholah Ulayya (Lingkar Kosmik Jatim).
28 November 2022



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *