Memandang pekerjaan sebagai bagian hukum alam

Sejak membaca buku I Love Mondey karya Arvan Pradiansyah cara pandang saya tentang materi dan prinsip bekerja berubah drastis. Sebenarnya konsep ini sudah lama saya temukan hanya saja masih dalam proses pembuktian dilapangan. Bahwa pekerjaan yang kita niatkan untuk mencari benda sesungguhnya melanggar hukum tuhan yang tervisualkan (tergambar) dalam hukum alam.



Logikanya begini :

Manusia hidup di alam semesta artinya manusia adalah bagian dari alam.

Karena bagian dari alam, maka manusia mau tidak mau harus memahami dan mengikuti cara kerja alam semesta.

Jika manusia tidak mengikuti hukum alam, dia sama saja membangkang dari fitrahnya sebagai bagian dari alam. Anda bisa bayangkan bagaimana seorang pengendara yang melawan arus lalu lintas dan tidak faham rambu-rambunya. Atau faham rambu-rambu tapi enggan menaatinya.

Secerdas dan sehebat apapun pengendara itu,pasti akan tersungkur juga.

Karena sesungguhnya ia sedang melanggar lalu lintas hukum semesta yang telah sekian juta tahun bekerja dibawah kendali-Nya.

Pernahkah anda mendengar pengusaha travel umroh yang menipu puluhan ribu jamaahnya? Atau kasus investasi bodong yang memakan banyak korban?

Saya tidak mengajak anda untuk membuka aib orang, saya hanya mengajak anda mempelajari cara kerja Tuhan dalam mengelola alam semesta.

Kembali pada “Jangan hanya memburu materi dalam bekerja”.

Mari kita belajar dari bunga dan lebah. Lebah hanya mau mendatangi pohon-pohon yang telah berbunga atau berbuah. Dan pohon itu tidak perlu mencari-cari dan memaksa lebah agar mau mendatanginya. Asal pohon sudah berbuah, dan siap memberi manfaat kepada lebah, maka secara alamiah lebah-lebah akan mencari dan menyesap saripatinya.

Baca juga  ASWAJA CENTER : Konsep Rezeki dalam Pandangan Kecerdasan Nabawi

Kita semua adalah pohon-pohon yang sedang berkembang dan membutuhkan lebah. Tapi kita lupa untuk memproduksi bunga dan buah namun sibuk mencari lebah.

Kita lupa diri demi mendapatkan materi.padahal jika kita mau fokus dan mengasah diri, sehingga membuahkan ide , karya dan kreasi-kreasi yang bermanfaat, lebah-lebah akan mulai mengendus keberadaan kita dan kemudian datang berduyun-duyun setelah buah-buah yang kita hasilkan siap dinikmati.

Ternyata, rezeki melimpah yang berupa materi, bukan tidak mungkin kita raih. Ia hanya menunggu saat yang tepat untuk datang. Menunggu kesiapan kita untuk menampungnya. Ia akan datang dengan sendirinya jika kita siap secara mental untuk mengelola dan memberdayakanya.

Jika kita tidak siap, dan memaksa rezeki itu untuk datang maka apa yang terjadi? Ya kurang lebih seperti pengusaha travel umroh yang saya singgung di atas.

Jadi menurut saya mulai sekarang kita tidak perlu fokus kepada “lebah”, tapi bagaimana caranya memproduksi buah dan bunga yang indah dan segar. Itu saja!!.

Maka dari itu kita harus siap dengan panasnya sengatan matahari, siap dengan pupuk kandang kotoran binatang, dan rela dengan terpaan angin dan dekapan dingin udara malam hari. Bahkan kadag harush sudi dikencingi para supir truk yang buang hajat sembaranga. Semua itu adalah Vitamin dan nutrisi agar “pohon kehidupan” kita menjadi subuh dan menghasilkan buah yang melimpah dan menyegarkan.

 

Ditulis Oleh : M. Sholla Ulayya ( Ketua Aswaja NU Center Porong )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *