Poin NU Porong – Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan (lahir 21 Desember 1977 atau bertepatan dengan 10 Muharram1398 Hijriyah adalah da’i, ulama, dan pimpinan Yayasan Al Fachriyah, Tangerang Banten. Dia adalah cucu dari Habib Salim in Ahmad bin Jindan, seorang pejuang dakwah di Betawi pada tahun 1906-1969 yang berjuluk “Singa Podium”
Orator ulung ini rajin menyampaikan tausiah di sejumlah majelis taklim di Indonesia. Wajah dai yang satu ini tentu sudah banyak dikenal oleh kalangan habaib dan muhibbin yang ada di Indonesia. Usianya masih muda Tapi reputasinya sebagai ulama dan mubaligh sudah diakui oleh kaum muslimin di Indonesia. Tidak hanya di Jakarta, tapi juga di banyak majelis-majelis haul dan maulid yang digelar di berbagai tempat di negeri ini sudah dirambahnya.
Wajah ulama muda yang saleh ini tampak bersih, tutur katanya halus, dengan gaya berceramahnya enak didengar dan mengalir penuh untaian kalam salaf serta kata-kata mutiara yang menyejukan para pendengarnya. Seperti kebanyakan habaib, beliau pun memelihara jenggot yang dibiarkan terjurai.
Sejak muda, sepulang sekolah ia selalu belajar pada Habaib dan Ulama di Jakarta,seperti di Madrasah Tsaqofah Islamiyah yang diasuh oleh Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf dan putranya Ust Abu Bakar Assegaf. Habib Jindan juga pernah belajar bahasa Arab di Kwitang (Senin, Jakpus) di tempat Habib Muhammad bin Ali Al-Habsyi dengan ustadz-ustadz setempat.
Beliau menimba ilmu ke hadramaut berangkat bersama rombongan pertama dari Indonesia yang jumlahnya 30 orang santri. Diantaranya yakni Habib Munzir bin Fuad Al-Musawwa, Habib Quraisy Baharun, Habib Shodiq bin Hasan Baharun, Habib Abdullah bin Hasan Al-Haddad, Habib Jafar bin Bagir Alattas dan lain-lain. Ia kemudian belajar agama kepada Habib Umar bin Hafidz di Tarim, Hadramaut. “Ketika itu Habib Umar belum mendirikan Pesantren Darul Musthafa. Yang ada hanya Ribath Tarim, kami tinggal di rumah Habib Umar, ” tuturnya.
Habib Jindan, telah mewarisi legenda Sang Datuknya, Habib Salim bin Jindan, sebagai “Singa Podium” dari Betawi. Ceramahnya enak di dengar dan mengalir penuh untaian mutiara yang menyejukan pendengarnya.Beliau juga dikenal sebagai penterjemah bahasa Arab ke bahasa Indonesia yang andal, terutama saat gurunya, Habib Umar bin Hafidzh mengadakan safari dakwah ke Indonesia. Ia biasa menterjemahkan dalam waktu yang hampir bersamaan dengan ucapan gurunya.