Malang, Poin Nu Porong. Masih panas menjadi bahan perbincangan publik, dimana tragedi diajang pertandingan sepakbola kembali terjadi. Pada Sabtu malam (01/10) kerusuhan meletus pada saat pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya distadiun Kanjuruhan Malang. Faktor pemicu dikarenakan Arema FC selaku tuan rumah kalah 2-3 dari Persebaya.
Kerusuhan ini terjadi tidak terkait dengan pertandingan, akan tetapi penyebab utamanya adalah kekecewaan supporter Arema FC kepada tim official dan pemain Arema FC. Pasalnya tim yang dikenal dengan julukan Singo Edan ini tidak pernah kalah selama 23 tahun saat berlaga dikandang sendiri melawan tim Bajol Ijo Persebaya Surabaya.
Supporter Arema FC yang dikenal dengan Aremania ini turun dari tribun melihat tim kesayangan mereka kalah. Mereka berusaha mencari pemain dan tim official untuk melampiaskan kekecewaannya. Dilansir dari Detikjatim.com Irjen Nico Afianta Kapolda Jatim menyampaikan bahwa tidak ada masalah saat pertandingan. Justru masalah terjadi saat pertandingan telah usai.
“Terkait dengan proses pertandingan tidak ada permasalahan, semuanya selesai. Permasalahan terjadi pada saat setelah selesai, terjadi kekecewaan dari para penonton yang melihat tim kesayangannya tidak pernah kalah selama 23 tahun bertanding di kandang sendiri, melawan Persebaya,” kata Nico dalam konferensi pers di Polres Malang, seperti dilansir detikJatim, Minggu (2/10/2022).
Nico mengatakan karena suporter kecewa timnya kalah, mereka lalu turun ke tengah lapangan dan berusaha mencari para pemain dan Official untuk melampiaskan kekecewaannya. “Oleh karena pengamanan melakukan upaya-upaya pencegahan dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke dalam lapangan mengincar para pemain,” ujarnya.
Polisi lalu menembakkan gas air mata karena para suporter anarkis. Aremania, kata Nico, menyerang petugas kepolisian hingga merusak sejumlah fasilitas stadion.”Mereka pergi keluar di satu titik, di pintu keluar yaitu kalau nggak salah pintu 10.. kemudian terjadi penumpukan. Di dalam proses penumpukan itulah terjadi.. kurang oksigen yang oleh tim medis dan tim gabungan ini dilakukan upaya penolongan yang ada di dalam stadion kemudian juga dilakukan evakuasi ke beberapa rumah sakit,” terang Nico.
Jumlah korban jiwa tragedi Kanjuruhan bertambah. Update per pukul 14.12 WIB dari Wagub Jatim Emil Dardak, korban tewas mencapai 174 orang. Menurut Emil, total ada 11 orang luka berat. Selain itu, ada 298 orang lainnya luka ringan. Selain itu, dua anggota polisi yang turut menjadi korban dalam tragedi maut Kanjuruhan bernama Briptu Fajar Yoyok Pujiono yang merupakan anggota Polsek Dongko, Trenggalek, dan Brigadir Andik Purwanto anggota Polsek Sumbergempol, Tulungagung.
Kapolda Jawa Timur (Jatim) Irjen Nico Afinta mengungkap penyebab tragedi Stadion Kanjuruhan Malang yang mengakibatkan para korban meninggal dunia adalah karena penumpukan massa. “Terjadi penumpukan di dalam proses penumpukan itulah terjadi sesak nafas kekurangan oksigen,” kata Nico saat memberikan keterangan di Mapolres Malang, seperti dilansir detikJatim, Minggu (2/10).
Kadinkes Kabupaten Malang Wiyanto Widodo menyebut penyebab korban tragedi Stadion Kanjuruhan Malang meninggal dunia adalah karena mayoritas mengalami sesak nafas dan terinjak-injak karena panik.
Sementara Menko Polhukam Mahfud Md menegaskan tragedi Stadion Kanjuruhan Malang bukan disebabkan bentrok antarsuporter. Melainkan korban meninggal dunia karena desak-desakan dan terinjak. “Perlu saya tegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan itu bukan bentrok antarsuporter Persebaya dengan Arema. Sebab pada pertandingan itu suporter Persebaya tidak boleh ikut menonton,” kata Mahfud dalam akun Instagram-nya seperti dilihat POIN NU, Minggu (2/10/2022).