POIN NU PORONG – Pimpinan Anak Cabang Fatayat Nahdlatul Ulama Porong mengadakan kubro diba’ pada Ahad (18/09/2022) bertempat dimasjid Al Falah Balongsari Kebonagung Porong. Kegiatan ini di ikuti oleh ratusan kader Fatayat NU dari seluruh ranting di wilayah Porong. Turut hadir ketua tanfidziyah MWCNU Porong, kepala desa Kebonagung, jajaran pengurus ranting NU Kebonagung serta pimpinan badan otonom lain.
Dalam sambutannya, ketua PAC Fatayat Porong sahabat Siti Mardiyah menyampaikan bahwa kegiatan diba’ kubro untuk periode kepemimpinannya ( 2022-2026) pasca pandemi Covid-19. Ranting Kebonagung menjadi tempat putaran terakhir karena terpotong pandemi dan bulan suci ramadhan. Ada yang spesial pada kegiatan kali in yaitu adanya piala bergilir untuk kategori peserta ranting terbanyak. Strategi ini mengadopsi dari PAC IPPNU Porong. Selain itu, sikap kedisiplinan juga diadopsi dari bunda muslimat dan bapak NU. ” Puji syukur alhamdulillah, meskipun sudah lama sekali kita tidak mengadakan diba’ kubro tetapi acara ini banyak peserta yang hadir. Hasil perolehan kaleng berjalan sebesarĀ Rp.761.000 serta kirim doa ahli kubur mendapatkan Rp.2.045.000. Bersama-sama kita bisa, bersama kita bisa mewujudkan cita-cita” Ujar beliau.
“Kita bersyukur bahwa gusti Alloh menakdirkan syiar agama islam mulai wali 9 sampai mbah hasyim berupa jamiyyah nahdlatul ulama. Acara seperti ini jarang kita temukan di organisasi lain selain NU. Peserta sebanyak ini tidak mungkin bisa berkumpul apabila tidak ada ikatan batin berupa ukhuwah bathiniyah. NU itu besar, didalamnya ada banom dan lembaga maka kita tidak usah berkecil hati. Tugas dari humas adalah mengajak orang dan masyarakat untuk mencintai Nahdlatul Ulama. Karena dengan rasa cinta maka semua tidak akan keberatan saat diajak ber organisasi. Fatayat merupakan peralihan dari IPPNU menuju jenjang selanjutnya sehingga perlu adanya pembelajaran dari senior-senior termasuk ibu muslimat NU. Public relation perlu dibangun termasuk dengan pemerintahan desa agar terjalin hubungan mitra antara fatayat dengan pemerintah desa untuk penyaluran program-program dari pemerintah” Tutur H. Sugiono ketua MWCNU Porong dalam sambutannya.
Puncak acara di isi dengan ceramah agama oleh ibu nyai Hj. Imroatun nazwa, beliau menyampaikan bahwa fatayat adalah kader NU paling produktif karena usia fatayat adalah masa dimana seseorang sangat produktif secara umur. Hal ini bisa dilihat pada sisi reproduksi maupun kinerja. Oleh karena itu potensi fatayat sangat luar biasa sekali apabila kita dapat memanage dan mengembangkannya.
Fatayat merupakan badan otonom dibawah naungan Nahdlatul Ulama. Berdiri pada tanggal 24 April 1950 bertepatan dengan tanggal 07 Rajab 1369H. Sejarah berdirinya Fatayat dimulai dengan terlibatnya pelajar putri dari MTS NU Surabaya pada muktamar NU ke-15 di Surabaya. Mereka bergabung dengan NU Muslimat ( NU ). Keterlibatan ini berlangsung secara terus menerus dalam muktamar-muktamar berikutnya, mereka menyebut dirinya sebagai Putri NUM.
Di Surabaya, pada sekitar tahun 1948, terdapat tiga orang perempuan yang sangat aktif mengoordinasikan pemudi-pemudi NU dalam organisasi yang mereka sebut Fatayat NU. Mereka adalah Murthosiyah (Surabaya), Ghuzaimah Mansur (Gresik), dan Aminah (Sidoarjo). Cabang Fatayat NU yang mereka dirikan berada di Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan Pasuruan.
Selanjutnya, atas dukungan dari Ketua Umum PBNU KH Mochammad Dahlan, mereka membentuk Dewan Pimpinan Fatayat NU. Dalam sebuah rapat PBNU, pengurus Fatayat NU diundang dan pengakuan terhadap Dewan Pimpinan Fatayat pun diberikan. Maka keluarlah Surat Keputusan (SK) PBNU NO. 574/U/Feb tertanggal 26 Rabiuts Tsani 1369H/14 Februari 1950 M. Sedangkan Muktamar NU ke-18 di Jakarta (1950) memutuskan Fatayat NU menjadi banom NU. Istilah Dewan Pimpinan pun diganti Pucuk Pimpinan.
Kontributor : M. Fathoni
Editor : Tim Poin NU