MDS Rijalul Ansor, Nahdlatul Ulama didirikan berdasarkan sanad

POIN NU Porong, MDS Rijalul Ansor PAC GP Ansor Porong. Dilaksanakan setiap sebulan sekali, kali ini Majelis Dzikir dan Sholawat PAC GP Ansor Porong diadakan dimasjid Al Kahfi dusun Macanmati Kebongagung pada Selasa malam (25/10). Di ikuti oleh seluruh pengurus ranting se kecamatan Porong, acara ini juga turut dihadiri jajaran pengurus tanfidziyah MWCNU Porong dan jajaran pemerintah desa Kebonagung serta takmir masjid.

Dibuka dengan pembacaan kitab maulid Ad-diba’i serta lantunan istighosah yang dipimpin oleh ustd. Imron Fahruddin sebagai salah satu jalan riyadhoh PAC GP Ansor Porong untuk mengetuk pintu-pintu langit agar rahmat Allah SWT senantiasa turun. Dilanjutkan dengan sambutan-sambutan, pertama sambutan dari ketua masjid takmir Al Kahfi yang menyampaikan rasa terima kasih kepada PAC GP Ansor Porong karena telah memilih masjid Al Kahfi sebagai tuan rumah. Masjid Al Kahfi ini masih dalam proses pembangunan, mudah-mudahan dengan berkah sholawat ini segala pembangunan dapat berjalan lancar. “Alhamdulillah, saya melihat pergerakan MDS rijalul ansor di ranting Kebonagung ini dapat berjalan istiqomah. Keliling dari tiap musholla dan masjid setiap bulan menjadi bukti bahwa GP Ansor disini sangat aktif sekali” tutur beliau.

Baca juga  MDS Rijalul Ansor, kehati-hatian dalam memilih guru

Perwakilan dari tanfidziyah MWCNU Porong, ustad Sugiono menyampaikan bahwa beliau merupakan alumni penurus ansor yang dalam bahasa prokem disebut “propesor”. Beliau menuturkan bahwa sekitaran tahun 1995 menjadi ketua ansor ranting Kebonagung. Saat itu keadaannya sangat berbeda sekali dengan saat ini. Banyak kesulitan-kesulitan dan hambatan yang ditemui saat bergerak dalam GP Ansor.

Acara inti di isi dengan ceramah agama oleh Ustadz M. Shollah Ulayya, M.Pd.I dari ranting Pesawahan Porong. Dalam penyampaian materi, disampaikan bahwa awal mula pendirian NU adalah dengan isyarah mbah Kholil Bangkalan kepada mbah Hasyim. Isyarah ini berupa tasbih dan sebuah tongkat. Belakangan diketahuai bahwa 2 hal ini merupakan isyarah yang sangat dalam sekali maknanya. Butir tasbih berisi 99 yang berarti asmaul husna dari Allah SWT. Tongkat melambangkan angka 1 yang berarti ketauhidan.

Dalam pergerakannya, Nahdlatul Ulama akan mengadopsi serta sifat-sifat Allah dalam asmaul husna. Pada pasal 4 Anggaran Dasar NU disebutkan bahwa lambang NU adalah bola dunia dengan memperlihatkan peta Indonesia yang diikat oleh tambang dengan jumlah untaiannya 99 yang ikatannya longgar. Bola dunia itu dilingkari oleh sembilan bintang. Melintasi bola dunia itu tertulis ” NAHDLATUL ULAMA” dengan huruf Arab.



  1. Bola dunia (globe) melambangkan planet bumi sebagai tempat kita tinggal, hidup, bersosial, berikhtiar, beramal dan bekerja. Bumi juga mengingatkan kita berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah sementara ruh kita kembali kepada-Nya.
  2. Peta Indonesia melambangkan kecintaan NU kepada tanah air dan bangsa. Kita hidup di negeri ini, menghirup udara, minum air, beranak pinak di negeri ini. Itulah makanya Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari mengeluarkan jargon “hubbul wathon minal iman”. Cinta tanah air adalah bagian dari iman.
  3. Tambang yang melingkar memiliki arti persaudaraan (ukhuwwah) yg mengikat kita sebagai sesama muslim (ukhuwwah Islamiyyah), sesama bangsa Indonesia (ukhuwawh wathoniyyah), dan sesama manusia (ukhuwwah basyariah). Jumlah untaiannya 99 melambangkan Asmaul Husna. Tambang itu juga ditalikan dengan longgar, memiliki arti bahwa NU selalu fleksibel dan dinamis dalam menentukan hukum dan sikap politik.
  4. Sembilan bintang yang melingkari bola dunia jika disatukan melambangkan Wali Sanga, sembilan wali yang menyebarkan Islam di Indonesia. Jika dihitung satu persatu, bintang paling besar di bagian atas melambangkan Rasulullah Saw, empat bintang di bawahnya adalah Khulafaur Rasyidin, empat bintang di bawah tulisan NU adalah empat Imam Mujtahid madzahibul arba’ah; Imam Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali.
  5. Tulisan NU dengan huruf Arab yang merupakan idlofat dari نهضة dan العلماء, yang berarti kebangkitan ulama. Menurut Gus Dur, Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari memberikan nama نهضة yang merupakan mashdar marroh dari kata ينهض yang diambil dari salah satu kalam hikmah Syekh Ibnu Athaillah As-Sakandari dalam kitab Al-Hikam:  لاتصحب من لاينهضك حاله ولايدلك على الله مقاله “Jangan berteman dengan orang yang tingkahnya tidak membangkitkanmu dan ucapannya tidak menjadi petunjuk bagimu kepada (jalan) Allah.”

Tongkat disini dapat juga diartikan sebagai pegangan atau sanad. Dalam kaidah bahasa, sanad berarti runtutan, sandara atau tempat bersandar. Jadi dalam pergerakannya sampai saat ini, hanya Nahdlatul Ulama yang sangat memperhatikan pentingnya sanad keilmuan. Susunan organisasi juga menganut sistem sanad. Mulai dari ranting (PRNU), majelis wakil cabang (MWCNU), pengurus cabang (PCNU), pengurus wilayah (PWNU) sampai pengurus besar (PBNU). Maka mari bersama-sama membesarkan dan mengabdi kepada Nahdlatul Ulama karena kebenarannya sudah tidak diragukan lagi.

 

Pewarta        : Abdul Hamid – Ulul Albab

Editor           : Miftachul Arif

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *