Poin NU Porong, Pembacaan maulid simthudduror oleh majelis maulid wa ta’lim Anwarul Musthofa digelar pada Sabtu malam (31/12) bertepatan dengan malam tahun baru 2023 bertempat dimusholla pasar baru Porong. Dihadiri oleh khodimul majlis beserta habaib dan para kyai di wilayah Porong, acara ini berlangsung penuh khidmat.
Para jamaah yang terdiri dari bapak-bapak dan ibu-ibu anggota paguyuban pedagang pasar Porong nampak khusyuk mengikuti alunan merdu sholawat yang dibawakan tim hadrah Anwarul Mustofa.
Suasana semakin terasa haru penuh kerinduan kepada junjungan terkasih baginda nabi Muhammad SAW saat pembacaan mahallul qiyam oleh habib Yusuf Assirry. Tidak terasa air mata menetes dengan sendirinya karena larut dalam kekhusyukan.
“Acara malam hari ini bukan merupakan menyambut tahun baru, kebetulan saja rutinan majelis Anwarul Musthofa bertepatan dengan malam tahun baru,”tutur gus Busyro Karim dalam awal sambutannya.
Menurut beliau, bacaan sholawat dapat menghidupkan hati-hati yang mati. Apabila hati sudah hidup maka cahaya hidayah Allah SWT akan mudah turun kepada kita semua.
Sementara itu ketua MWCNU Porong H. Sugiono yang turut hadir malam itu juga menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh habaib dan kyai yang selalu mensupport kegiatan sholawat bersama.
“Terima kasih karena berkat kegiatan semacam ini setidaknya kita sudah membantu mengurangi kemaksiatan dimalam tahun baru. Selain itu dengan syiar seperti ini, maka panji-panji kemuliaan Nahdlatul Ulama akan terus berkibar,” ucap beliau dalam awal sambutannya.
Selain itu beliau juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pengurus dan anggota paguyuban pedagang pasar Porong yang ikhlas memberikan bantuan materi.
“Tidak sekali dua kali kegiatan sholawat ini digelar dimusholla pasar Porong, hal ini menjadi bukti nyata bahwa kegiatan positif ini bisa diterima ditengah-tengah masyarakat”, tutup beliau.
Acara inti di isi ceramah agama oleh Ustadz Abdul Rozaq dari Krembung. Beliau menyampaikan bahwa pembacaan sholawat secara berjamaah ini dapat mengurangi intensitas bala atau musibah dari Allah SWT. Perayaan malam tahun baru merupakan ajang dimana banyak sekali kemaksiatan diumbar dimana-mana.
“Kita wajib bersyukur karena masih ditakdirkan oleh gusti Allah untuk dapat mengikuti majelis ini. Disaat semua orang berlomba-lomba dan mengumbar kemaksiatan tetapi kita rela menundukkan kepala untuk bermunajat dan bersholawat kepada baginda nabi Muhammad SAW,” kata beliau.
Selain mendukung pemerintah untuk mengurangi kemacetan dijalan raya, kehadiran kita dimajelis sholawat juga mengurangi kemaksiatan.
“Tidak sulit bagi Allah untuk menurunkan adzab kepada manusia. Jika adzab sudah turun maka semua umat akan menerimanya tanpa terkecuali. Nah dengan kita berkumpul malam hari ini, mudah-mudahan Allah berkenan mengurangi intensitas bala’ kepada kita semua,” lanjut ustad Rozaq.
Diakhir ceramah beliau juga menyampaikan sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama kepada seluruh jamaah yang hadir serta pentingnya rasa nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari.
“Guru saya mbah Mun bercerita bahwa jaman penjajahan Belanda dulu para kyai dan ulama senantiasa berjuang untuk membangkitkan rasa nasionalisme sebagai bangsa,”kenang beliau.
Salah satu cara yang dilakukan oleh para kyai dan ulama terdahulu yakni dengan membuat hymne atau nyanyian yang diselipkan pesan moral agar membangkitkan rasa nasionalisme. Hymne ini saat ini dikenal dengan Mars Syubhanul Wathon yang dikarang oleh mbah Wahab Chasbullah.
“Irama asli syubhanul wathon berbeda dengan yang biasa kita nyanyikan saat ini. Karena irama aslinya disisipkan ke syair maulid pada saat mahallul qiyam hingga para pengkhianata bangsa yang menjadi antek Belanda tidak menyadarinya karena menganggap syubhanul wathon sebagai bagaian dari sholawat,”terangnya sambil tertawa.
Perjuangan sangat berat karena disamping harus melawan Belanda tulen yang notabene orang Eropa, juga melawan Londo ireng yakni orang-orang pribumi yang menjadi sekutu Belanda. Oleh karena itu lagu syubhanul wathon disisipkan ke sholawat dan wajib dinyanyikan setiap pagi disekolah-sekolah Nahdlatul Ulama.
Irama dan ritme subhanul wathon mengalami penggubahan sampai menjadi seperti yang kita terdengar sejak ketua umum GP Ansor Nusron Wahid pada sekitar tahun 2015 sowan kepada KH Maimun Zubair serta diberitahu irama asli subhanul wathon. Tidak mengurangi semangat yang terkandung didalamnya, mars subhanul wathon tetap mampu membangkitkan semangat dan ghirah kebangsaan bagi para kader Nahdlatul Ulama.
Pewarta : Abdul Hamid
Editor : Miftachul Arif